
DONGENG SEBELUM TIDUR "Under The Shadows" Kita tidak bisa menyangkal bahwa setiap orang itu pengen disukai. Pengen karyanya diapresiasi. Pengen kehadirannya berarti buat orang lain. Everyone simply wants to be liked. Meskipun akhirnya dia harus mengambil keputusan berani. ?
Ada kisah ttg persahabatan dua cewek. Mereka dekat dari kecil sebab papa mereka adalah temen dekat satu sekolah dulunya. Dan rumahnya pun berdekatan. Beda 50-70m aja mungkin. Jadi saling main ke rumah masing2 adalah hal biasa. Bahkan boleh dianggap sbg rumah kedua bagi mereka.
Kadang keluarga mereka juga piknik bareng kalo pas lagi long weekend. Udah kayak sodara sendiri lah. Deket banget. Hubungan kedua gadis ini gak pernah ada masalah sampai tiba saatnya mereka bersentuhan dengan dunia luar. Dunia keras yg suka judgemental.
Sekalipun hubungan mereka sedekat kayak sodara, namun sayangnya, paras mereka kayak dua kutub yg berbeda. Kontras banget emang. Satunya buluk. Satunya cakep. Yaaah, at least menurut standar society pada umumnya lah ya. Tau sendiri kan maksudnya? :)
Biar gampang ceritanya. Si cakep sebut aja namanya Mawar. Dan si buluk namanya Dinda. Dari mereka kecil, ketika main bareng sama temen2 sekampungnya, si Dinda selalu dikucilkan. Selalu ditertawakan paras fisiknya. Selalu dikata2in kekurangannya.
Kalo udah gitu, Dinda cuman bisa lari ke rumah sambil nangis. Melihat Dinda yg sering diperlakukan kayak gitu, Mawar seringkali merasa marah sama temen2 mainnya, dan tegas ngancem gak akan main sama mereka lagi kalo Dinda terus diolok-olok.
Mawar kemudian selalu bilang ke Dinda, kalo Dinda gak mau main keluar rumah. Mawar juga gak akan ikut main. Mending main sendiri berdua. Bisa mainan kucing, masak-masakan, sandiwara boneka, dll. Bagi Mawar saat itu, yg penting Dinda merasa happy dan gak sakit hati.
Keadaan semakin kelam seiring mereka dewasa. Krna congor manusia itu, semakin mereka tua, semakin bertambah kosakatanya, semakin bervariasi cara mereka menyakiti hati seseorang melalui kata-kata. Disinilah segala keakraban yg mereka jaga sejak kecil, mulai menemui jalan terjal.
"Kenapa sih Dinda mepet mulu ke si Mawar? Merusak pemandangan aja." "Apa Mawar gak mau join sirkel yg anaknya cakep2 aja gitu?" "Dinda deket sama Mawar sebetulnya cm jd bodyguard aja kan? Tuh mukanya serem." "Yakin deh Mawar dalam hati pun aslinya jg ogah temenan sm Dinda."
Lagi-lagi Dinda denger omongan kayak gitu ya cuman bs nangis. Ngempet semuanya dalam hati. Dia sebetulnya ngerasa sungkan juga sama Mawar. Mawar pun diem2 nangis tiap malem. Gak tega sahabat yg udah kayak sodara itu terus menerus dapat perlakuan sampah dari temen-temennya.
Dinda kemudian bertekad, sekalipun dirinya gak cantik, tapi at least harus pinter lah. Sejak itu, Dinda memutuskan untuk belajar lebih rajin. Pasang target setinggi2nya untuk mencapai prestasi di sekolah. Setidaknya ada sesuatu yg kelak bisa dirinya banggakan.
Mawar pun bertekad kasih support full buat Dinda. Dia gak peduli kalopun dia harus gak punya teman krna itu. Yg ada di pikirannya saat ini hanya satu. Dia ingin menjaga sodara yg sudah menemani suka dukanya sejak kecil. Mawar ingin melihat Dinda hidupnya happy. Cuman itu.
Singkat cerita, Dinda berhasil ranking satu paralel satu angkatan di sekolahnya. Dia juga memberanikan diri ikut lomba-lomba juga. Prestasinya perlahan makin banyak. Dinda bahkan punya lemari khusus piala2 yg pernah dia menangkan.
Pernah suatu ketika dia posting achievementnya itu di Instagram. Yg ngelike cuman 4 orang dongg. Kemudian Dinda stalking akun IG nya Mawar, disitu ada foto selfie Mawar masang muka manyun dgn caption "having a bad day" Yg ngelike ratusan dan yg komen kasih perhatian banyak. ?
Pernah suatu ketika juga ketika kondisi mau hujan, Dinda sama Mawar nunggu angkot buat pulang bareng. Ada temen cowok yg nawarin pulang bareng mobil jemputan supir papanya, tapi yg ditawarin cuman Mawar dong. Mawar aware sama ini, dan mutuskan nolak dan pulang bareng Dinda aja.
Masalah makin meruncing ketika mereka mulai ada ketertarikan dgn lawan jenis. Apalagi kata orang masa SMA itu masa kisah kasih di sekolah. Dinda untuk pertamakalinya suka sama cowok. Dia ketua ekskul karya ilmiah sekolah. Cakep dan berwibawa. Dinda ikut itu krna doi.
Dinda merasa punya semangat baru dalam hidupnya. Sekolah yg biasanya jadi tempat luka hatinya, terlihat sesaat kayak surga. Cowok ini namanya Dani. Mereka berinteraksi cukup baik selayaknya teman biasa. Tapi bagi Dinda, itu hal yg pertamakali dia rasakan. Luar biasa senengnya.
Dinda merasa mulai pede krna sosok Dani yg memperlakukannya dgn "normal". Tidak judgemental atau menyakitkan seperti yg selama ini dia rasakan kalo dibully temen2 cowok sekelasnya. Mawar merasa seneng banget. Gak pernah dia melihat Dinda se excited itu.
Sampai suatu ketika Dani nyeletuk, "Dinda, kamu kan deket sama Mawar nih. Boleh kenalin ke dia nggak? Aku suka dia sejak lama sebetulnya. Cuman gak berani deketin. Kebetulan kita satu ekskul dan kamu temen deketnya. Jadi ya kesempatan aja gitu sih buatku. Boleh?"
Dinda auto nangis gak tertahan. Semangat baru yg membuatnya betah ke sekolah hancur berserakan. Dia berbalik arah dan meninggalkan Dani yg terlihat bingung. Pikirannya protes. Kenapa selalu Mawar? Kenapa cuman dia yg boleh happy? Kenapa daridulu aku yg selalu diabaikan gini?
Sejak itu juga dia memutuskan segalanya harus diakhiri. Dia gak bisa terus hidup dalam bayang2 orang lain. Gak bisa terus dibandingkan sama orang lain. Gak bisa selalu kalah prioritas dari orang lain. Dinda mendiamkan Mawar dan mulai membatasi interaksi.
Mawar yg merasa bingung dgn perubahan sikap Dinda mencoba mengajaknya bicara. Dinda cuman menegaskan, "Mawar, gak ada yg salah dgn kamu. Aku cuman pengen hidup bebas di jalanku sendiri. Kuliah nanti aku berencana merantau jauh biar kita bisa tenang jalani hidup masing2"...
Bagi kacamata kita, Dinda mungkin egois. Jahat. Berlebihan. Mawar dapet imbas yg gak fair atas kesalahan yg TIDAK dia lakukan. tapi kawan, kalo perspektifnya dibalik dari kacamata Dinda, mungkin kita bisa sedikit merasakan sakit yg dia rasakan.
Everyone wants to be liked. Saya, Anda, dan siapapun pasti ingin merasakan afeksi dan apresiasi dari orang lain. It's a basic human needs. Menurutku, sah2 aja pada satu titik kita merasa egois. Ada suatu titik kita merasa capek dgn semuanya dan mutuskan berbuat sesuatu.
If you want to gain something, you have to lose something. Dinda ingin hidupnya lebih baik dan lebih happy, sekalipun harus mengorbankan sodara yg dia milik sejak kecil. Is it fair enough? Nope, it's not fair. But hey, that's life, right? Selamat malam. ?
Follow us on Twitter
to be informed of the latest developments and updates!
Follow @tivitikothreadYou can easily use to @tivitikothread bot for create more readable thread!